Minggu, 18 Desember 2011

"Diam dalam Duka"

Dalam diammu, aku mendengar banyak suara. Diammu berkata-kata. Diammu menginfeksi udara dan membuat dunia sungkan bersuara. Dunia 4x6 meter tempat kita duduk berdua, engkau menikmati sendiri diammu. Aku mengerti duka yang membuatmu diam, aku biarkan kamu berdiam diri. Bukanberarti aku tidak butuh kamu. Dulu sekali kamu pernah ingatkan itu.

Akupun mengerti. Kesedihan selalu membawamu pulang ke Rahim ibu tempatmu meringkuk nyaman sendirian, padahal tidak. Karena ada dunia di sekelilingmu, ada aku disamping mu. Tapi kamu mendamba rasa sendirimu itu. Diammu memapahku ke ujung pertahanan dan hingga ahirnya ku tersedak oleh hampa. tak ada satupun yang boleh menodai diammu.termasuk aku yang disampingmu.
Andai kau bersedia mendengar ocehanku, akan kukatakan padamu "Telan napas itu sayang,bungkus dan simpan di kantong untuk nanti di larutkan bersama air yang mengalir sahaja".

Bagaimana mungkin kamu jadikan tubuhmu sebagai sangkar bagi perasaan? Bukankah perasaanlah kandang dari jasad ini? kudengar gerundel, ku dengar gerutu, terkadang batuk, decak lidah, hingga teriakan yang membuatku gemetar. Terahir kudengar isak pelan. Namun raut wajahmu masih diam sempurna.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Like us on Facebook
Follow us on Twitter
Recommend us on Google Plus
Subscribe me on RSS