Minggu, 28 Oktober 2012

Tips Untuk Meningkatkan Kecerdasan Otak Kita

Otak kita adalah sebuah superkomputer seberat 1,5 kg. Sebagai pusat kontrol yang mengendalikan hidup kita, otaklah yang menentukan bagaimana cara kita berpikir dan berinteraksi dengan orang lain. Otak anda jauh lebih rumit dari komputer apapun dengan 100 juta milyar sel otak yang saling berhubungan satu sama lain. Mengoptimalkan fungsi otak adalah suatu keharusan jika anda ingin mengeluarkan potensi diri kita semaksimal mungkin.
Maka dengan melatih otak kita, akan terbentuk saraf baru yang dapat melindungi terhadap gejala demensia atau kepikunan. Berikut beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencerdaskan otak kita.
Berikut 10 tips untuk mencerdaskan otak kita:
1. Membaca

Membaca dapat melenturkan otot-otot otak, baik bacaan ringan (seperti komik atau majalah) maupun bacaan untuk informasi, membaca dapat membantu membangun ‘cadangan kognitif’ untuk menunda timbulnya demensia.
2. Membiasakan aktif menjadi kidal (aktif tangan kiri) dan juga kanan

Lakukan tugas dengan tangan non-dominan, jika biasanya dominan tangan kanan maka gunakan tangan kiri (kidal) dan sebaliknya. Contohnya saat menggunakan mouse komputer, menyikat gigi dan mengikat sepatu dengan arah yang berlawanan, jenis latihan ini dapat memperkuat hubungan saraf yang ada dan bahkan membentuk saraf baru.
3. Belajar bahasa asing

Dengan belajar bahasa asing akan mengaktifkan bagian otak yang belum digunakan sejak Anda mulai berbicara, sebab penggunaan beberapa bahasa dapat meningkatkan suplai darah ke otak untuk menjaga kesehatan koneksi saraf.
4. Ubah rutinitas

Dengan mengubah rutinitas dan cara-cara hidup baru dapat mengaktifkan koneksi otak yang sebelumnya tidak aktif. Latihan yang bisa dilakukan misalnya, mandi dengan mata tertutup atau mengatur ulang kantor atau meja.
5. Latihan fisik

Latihan fisik juga dapat meningkatkan kesehatan otak, karena dapat meningkatkan aliran darah ke otak, latihan fisik dapat meningkatkan perhatian, penalaran dan memori.
6. Lari

Olahraga lari paling banyak mengaktifkan sel-sel di otak, Peneliti mengatakan hal itu karena sel-sel tubuh yang diaktifkan dengan olahraga akan mentransfer zat-zat molekul atau growth factors yang membuat saraf-saraf baru dan jaringan di otak sehingga membuat seseorang memiliki kemampuan kognitif yang lebih baik.
7. Hidup sosial

Otak dapat dilatih dengan menjalani kehidupan sosial Anda, misalnya dengan mengunjungi teman berinteraksi, kumpul bareng, dengan jaringan sosial dapat memberikan perlindungan terhadap gejala klinis penyakit Alzheimer.
8. Menikmati musik

Selain mendengarkan musik, belajar juga untuk memainkan instrumen musik. Para ahli juga merekomendasikan untuk mengaktifkan dua indera sekaligus, seperti mendengarkan musik dan mencium bunga.
9. Bermain puzzle atau teka-teki silang

Teka-teki silang, puzzle, Sudoku dan jenis puzzle lainnya, dapat melatih otak khususnya otak kiri, menurut pusat pelatihan kognitif LearningRx. Tambahkan strategi baru untuk mengefektifkan latihan otak, misalnya memecahkan teka-teki silang dengan tema yang tidak biasa.
10. Bermain permainan strategi

Permainan strategi seperti catur, monopoli atau game komputer lainnya, akan menggunakan otak kanan yang dapat membantu orang untuk lebih berpikir kreatif.
11. Mencari hobi baru

Tantang otak untuk belajar keterampilan baru atau hal-hal yang belum pernah Anda lakukan sebelumnya. Jika Anda bukan seniman, cobalah untuk belajar melukis atau memahat. Jika Anda bisa bermain piano, belajarlah memainkan gitar. Temukan sesuatu yang baru dan menarik untuk dapat menjaga otak tetap aktif.
Sumber: VivaNews

Becanda Doa Apalagi Ayat Lebih dari Kualat

Assalamu’alaikum Wr.Wb. Bismillaahirrahmaanirrahiim. Di bulan Ramadhan kemarin saya mendapatkan blackberry messenger (BBM) dari mbak Lenny salah seorang sahabat yang selalu membantu dakwah iHAQi di Jakarta.

Isinya tentang kekhawatiran beliau mengenai beredarnya plesetan-plesetan do’a dan pertanyaan tentang bagaimana Islam memandang ini secara hukumnya.

Astaghfirullah, Saya sendiri terkejut melihat contoh plesetan do’a yang beredar di sosial media. Saya pernah membaca dahulu salah satu becandaan dengan mengedepankan kata-kata “Barang siapa”, yang memang seringkali kita dengar dalam hadits-hadits Rasulullah SAW. Seperti hadits “Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah maka dosanya di masa lalu pasti diampuni”. (HR. Bukhari dan Muslim). Nah kata-kata barang siapa inilah yang dahulu sering diplesetkan menjadi guyonan yang menurut saya tidaklah pantas.

Namun kali ini jauh lebih buruk lagi dari contoh di atas. Saya pun tidak kuasa menuliskan contohnya disini. Tetapi agar ada sedikit bayangan untuk tujuan agar jangan sampai salah seorang dari kita merespons apalagi terseret menjadi bagian dari guyonan ini. Saya akan angkat sedikit saja. Judulnya “do’a minta THR” ; “…blabla (depannya saya edit), innizammanzulit, wainnibulanazzaib, mawufinzamfullus..blablabla”. Masya Allah cukup panjang dan mengutip nama Allah di depannya.
Na’udzubillah, innaa lillahi wa innaa ilaihi rooji’un. Betapa potensi energi kreatif yang dahsyat ini digunakan hanya untuk guyonan belaka yang niatnya mungkin hanya untuk mengundang tawa namun tanpa bimbingan walhasil mudhorot. Tapi sengaja atau tidak sengaja, sadar atau tidak sadar, tahu atau tidak tahu, mau atau tidak mau, suka tidak suka hal seperti ini termasuk ke dalam memperolok-olok ayat Allah SWT. Sebagaimana dalam surat An Nisaa ayat 140 dinyatakan: “Dan sungguh Allah telah menurunkan kepada kamu di dalam Al Qur’an bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokan (oleh orang-orang kafir), maka janganlah kamu duduk beserta mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain. Karena sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian) tentulah kamu serupa dengan mereka. Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua orang-orang munafik dan orang-orang kafir di dalam jahannam.”

Berturut-turut pula diterangkan dalam surat At Taubah: “Orang-orang munafik itu takut akan diturunkan terhadap mereka sesuatu surat yang menerangkan apa yang tersembunyi di dalam hati mereka. Katakanlah kepada mereka: "Teruskanlah ejekan-ejekanmu (terhadap Allah dan RasulNya)". Sesungguhnya Allah akan menyatakan apa yang kamu takuti.” (QS. At Taubah : 64)

“Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentu mereka akan menjawab: "Sesungguhnya kami hanyabersenda-gurau dan bermain-main saja". Katakanlah: "Apakah dengan Allah, ayat-ayatNya dan RasulNya, kamu selalu berolok-olok?" (QS. At Taubah : 65)

“Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman. Jika Kami mema'afkan segolongan dari kamu (lantaran mereka taubat), niscaya Kami akan mengadzab golongan (yang lain) disebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa.” (QS. At Taubah : 66)

Ayat ini menjelaskan sikap orang-orang munafik terhadap Allah, RasulNya dan kaum mukmin. Kebencian yang selama ini mereka pendam, terlahir dalam bentuk ejekan dan olok-olokan terhadap Allah dan RasulNya. Dahulu musuh-musuh Allahpun memelesetkan ucapan salam menjadi assaamu 'alaikum, yang artinya (semoga kematianlah atas kamu). Dan banyak lagi plesetan serta olok-olok seperti itu. Mereka tujukan ucapan itu kepada Rasulullah SAW.

Dalam istilah bahasa Arab dikenal kata Istihza', secara bahasa artinya sukhriyah, yaitu melecehkan. “Al huzu', adalah senda-gurau yang tersembunyi. Kadang-kala disebut juga senda-gurau atau kelakar." Dari penjelasan di atas, dapat kita ketahui makna istihzaa', yaitu pelecehan dan penghinaan dalam bentuk olok-olokan dan kelakar. Secara syar'i Istihza' adalah suatu bentuk pelecehan atau memperolok-olok agama. Barangsiapa yang memperolok Rasul-Nya, berarti ia telah memperolok Allah. Barang siapa yang memperolok ayat-ayat-Nya, berarti ia telah memperolok Rasul-Nya. Barang siapa yang memperolok sebagiannya maka ia telah memperolok seluruhnya.

Jika kita melihat judul di atas saya menuliskan “BECANDA DOA APALAGI AYAT LEBIH DARI KUALAT!”. Jika kita lihat arti kualat dalam kamus besar bahasa Indonesia yaitu; 1. Mendapat bencana (karena berbuat kurang baik kepada orang tua dsb); kena tulah; 2. Cak celaka; terkutuk. Melihat arti kata kualat dan pemahaman ayat-ayat di atas maka bisa kita sama-sama pahami bahwa ; dalam memperolok-olok agama musibah yang didapatakan lebih dari kualat.

Karena itu mulai sekarang mari hati-hati, segera bertaubat. Saya yakin tidak ada unsur kesengajaan di dalam prosesnya. Tapi setelah ini jauhi becandaan seperti itu. Jangan ikut-ikutan walaupun sekedar gaul. Mendingan dibilang ga gaul daripada becanda doa, apalagi ayat, ingat jangan mau kualat, mending segera taubat!

Tidaklah lebih baik dari yang berbicara ataupun yang mendengarkan, karena yang lebih baik di sisi ALLAH adalah yang mengamalkannya.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Erick Yusuf (pemrakarsa Training iHAQi – Integrated Human Quotient)      
http//www.ihaqishop.com
twitter @erickyusuf – erickyusuf@yahoo.com

Foto-foto Eksklusif Peninggalan Nabi Muhammad SAW:

Bila kita berjauh jarak dengan sang terkasih Muhammad Rasulullah yang berbentang waktu 1.400 tahun… bila kita belum pernah melihat wajah sucinya, sementara kita menyebut namanya setiap hari, kita menghantarkan salam kepadanya setiap hari melalui shalat, shalawat-shalawat  dan do’a-do’a yang kita lantunkan, kita memohon  syafa’atnya untuk keselamatan kita di akhirat dari pedihnya adzab neraka, tidakkah foto-foto berikut ini mengobati kerinduan kita yang sangat dalam kepada Sang Tercinta Nabi Agung, Kekasih Allah dan sang pribadi mulia panutan alam?? Titik air mataku begitu melihat langsung baju beliau yang bersahaja dan sudah robek, sandal beliau, keranda beliau yang tak terhalang apapun. Allahu Akbar … serasa dekaaat denganmu ya Rasulullah … Andai aku bisa melihat wajahmu, rontok segala persendianku, tak tahan dengan kenikmatan memandang kemuliaan wajahmu… Allahumma shalli ‘ala sayyidina Muhammad …. 

the-blessed-shirt-of-prophet-muhammad-saw
The Blessed Shirt of Prophet Muhammad SAW (Baju gamis Nabi SAW)
the-blessed-shirt1-of-prophet-muhammad-saw
The Blessed Shirt of Prophet Muhammad SAW (Bagian dari baju gamis Nabi SAW)
jubah-rasulullah1
Jubah Nabi Muhammad, Rasulullah SAW
blessed-seal-of-rasool-allah-saw1
The Blessed Seal of Rasulullah SAW
copy-of-the-blessed-bowl-of-prophet-muhammad-saw
Mangkuk tempat minum Rasulullah SAW
picture1.jpg
KUNCI KA’BAH ZAMAN NABI MUHAMMAD SAW
the-blessed-foot-print-of-rasool-allah-saw
jejak-kaki-nabi
JEJAK-JEJAK KAKI SANG NABI AGUNG, RASULULLAH SAW
a
rambut-nabi
BEBERAPA HELAI RAMBUT NABI MUHAMMAD SAW
gigi-dan-rambut1
PENINGGALAN GIGI DAN RAMBUT NABI MUHAMMAD SAW (Itu giginya jelas ya?)
Wadah Kotak Gigi Rasulullah SAW
a
picture4.jpg
pedang2-nabi-dengan-nama-namanya1
pedang2-nabi-dengan-nama-namanya2
pedang2-nabi-dengan-nama-namanya
BERBAGAI PEDANG MILIK NABI SAW DENGAN NAMA-NAMANYA YANG DIPAKAI UNTUK MENEGAKKAN ISLAM, AGAMA ALLAH SWT DI MUKA BUMI.
a
Gagang Pedang “Hatf” Nabi SAW tampak lebih jelas
busur-panah-nabi
a
Busur Panah Nabi SAW
a
Bendera Rasululullah SAW
blessed-turbine1-of-prophet-muhammad-saw
Koleksi Sorban-sorban Nabi Muhammad SAW
blessed-turbine-of-prophet-muhammad-saw
Satu yang diperbesar (dari dekat)
a
Topi Besi Rasuluallah SAW
a
Baju dan barang-barang Rasulullah SAW

blessed-sandals2-of-rasool-allah-saw
blessed-sandal-of-rasool-allah-saw
blessed-sandal1-of-rasool-allah-saw1
Sandal-sandal peninggalan Rasulullah SAW tercinta …
letter-to-nijashi-king-of-habsha
Surat Nabi SAW kepada Raja Nijashi, Raja Habsyah
letter-to-omani-people
Surat Nabi SAW kepada rakyat Oman, Arab Selatan
letter-to-qaiser_e_rome
Surat Nabi SAW kepada Kaisar Romawi abad ke 7
a
Surat Rasulullah SAW pada Raja Heraclius
prophets-letter-to-muqauqas-egypt
Surat Nabi SAW kepada Raja Muqauqas, Mesir
a
Makan Siti Aminah, Ibunda Rasululllah SAW

box-belonging-to-hazrat-fatima-rz
Kotak milik putri tercinta Nabi SAW, Sayyidah Fatimah Az-Zahra R.A.
a
picture6.jpg
PINTU EMAS MAKAM NABI MUHAMMAD SAW
the-blessed-dust-from-the-tomb-of-the-prophet
The blessed dust from the tomb of the Prophet Muhammad PUBH (Butiran pasir yang diambil dari makam Nabi Muhammad SAW)
a
picture7.jpg
Keranda dan makam Nabi panutan alam, Nabi Muhammad SAW
Inilah makan Rasulullah SAW dari dalam. Di dalam inikah Sang Nabi Agung nan Mulia berbaring? Allahu Akbar … Makam raja saja, makan Sunan Sunan Gunung Djati saja, kita tidak bebas masuk dan melihatnya. Ini makam Rasulullah sang kekasih panutan umat manusia, Allaahu Akbar … Bila keranda ini disingkap dan kita bisa melihat tubuhnya yang suci berbaring, terbayangkah bagaimana kita menatap wajahnya?

sumber : http://moeflich.wordpress.com/2008/01/26/foto-foto-eksklusif-peninggalan-nabi-muhammad-saw/

Isi kitab Injil Barnabas Tentang Kerasulan Muhammad SAW

Dalam Injil Barnabas memang diungkapkan tentang akan datangnya Rasul bernama Muhammad SAW, setelah Nabi Isa. Berikut ini isi Injil Barnabas yang menyebut tentang Nabi Muhammad:



  • Bab 39 Barnabas: ''Terpujilah nama-Mu yang kudus, ya Allah Tuhan kita... Tiada Tuhan Selain Allah dan dan Muhammad adalah utusan-Nya''.

Masih pada bab 39 yang mengisahkan tentang Nabi Adam, nama Nabi Muhammad SAW juga disebut dalam dialog antara Nabi Adam dengan Tuhan. ''...Apa arti kata-kata, Muhammad utusan Allah, apakah ada manusia sebelum aku?''

  • Bab 41 Barnabas:  "Atas perintah Allah, Mikael mengusir Adam dan Hawa dari surga, kemudian Adam keluar dan berbalik melihat tulisan pada pintu surga 'Tiada Tuhan Selain Allah dan Muhammad adalah Rasul Allah...''

  • Bab 44 Barnabas: Pada bab ini Yesus atau Nabi Isa menyebut nama Nabi Muhammad. ''Oh, Muhammad Tuhan bersamamu...''

  • Bab 97: Yesus menjawab, "Nama Mesias sangat mengagumkan, karena Allah sendiri yang memberinya nama, ketika menciptakan jiwanya dan menempatkannya di dalam kemuliaan surgawi. Allah berkata: 'Tunggu Muhammad; karena kamu Aku akan menciptakan firdaus, dunia, dan banyak  makhluk... Siapa pun yang memberkatimu akan diberkati, dan barangsiapa mengutukmuu akan dikutuk..''

  • Bab 112: Dalam bab ini Nabi Isa (Yesus) bercerita kepada Barnabas bahwa dirinya akan dibunuh. Namun, kata Nabi Isa, Allah aka membawanya naik dari bumi. Sedangkan orang yang dibunuh sebenarnya adalah seorang pengkhianat yang wajahnya diubah seperti Nabi Isa. Dan orang-orang akan percaya bahwa yang disalib itu adalah Nabi Isa. ''Tetapi Muhammad akan datang... Rasul Allah yang suci,'' kata Nabi Isa. Nama Nabi Muhammad juga disebut pada Bab 136, 163, dan 220. Isi Injil Barnabas di atas dikutip dari barnabas.net.

                                                                                ***

Menurut Laman Al-Arabiya, meskipun spekulasi tentang kitab kuno yang diduga sebagai Injil Barnabas itu meramalkan kedatangan Islam, namun sejauh ini tidak ada bukti yang menegaskan hipotesis tersebut.

Walau Injil Barnabas "mengakui" kedatangan Islam dan Nabi Muhammad SAW, namun skeptisisme tetap muncul karena kontradiksinya dengan Alquran. "Sebab, sebagian besar studi tentang kitab ini menyatakan Injil Barnabas hanya kembali ke 500 tahun yang lalu. Sementara, Alquran telah ada sejak 1400 tahun silam," demikian tulis Al-Arabiya, Senin (27/2).

Adanya kontradiksi inilah yang menjadi alasan utama mengapa para sarjana Arab mengabaikan terjemahan bahasa Arab Injil tersebut, yang diterbitkan 100 tahun lalu. Sebagaimana diulas secara rinci oleh penulis dan pemikir Mesir, Abbas Mahmoud Al-Akkad.

Dalam sebuah analisis yang ditulisnya pada 26 Oktober 1959 di surat kabar Al-Akhbar, Akkad mengatakan deskripsi neraka dalam Injil Barnabas didasarkan pada informasi yang relatif baru yang tidak tersedia pada saat di mana teks itu seharusnya ditulis. "Sejumlah deskripsi yang tertulis dalam Injil itu merupakan kutipan orang-orang Eropa dari sumber-sumber Arab," ungkapnya.

Seorang pendeta Protestan Ihsan Ozbek mengatakan Injil itu berasal dari abad ke-5 atau ke-6. Sementara Barnabas, yang merupakan pemeluk pertama Kristen hidup pada abad pertama.

"Salinan Injil di Ankara mungkin telah ditulis ulang oleh salah seorang pengikut Barnabas," kata dia. Sebab, lanjutnya, ada jeda 500 tahun antara Barnabas dan penulisan salinan Inkjil. "Umat Islam mungkin akan kecewa bahwa Injil ini tidak ada hubungannya dengan injil Barnabas," ujarnya.

Sementara Profesor Omer Faruk menilai Injil kuno itu perlu ditelusuri lebih lanjut guna memastikan Injil itu dibuat oleh Barnabas atau pengikutnya.

Rabu, 24 Oktober 2012

Cara Menggunakan Mesin Tik suatu

Instruksi

    • 1Jika itu sebuah mesin ketik listrik, hidupkan.
    • 2Putar ke atas pemandu kertas dan menempatkan selembar kertas belakang roller.
    • 3
      Gulung kertas ke tempatnya.
    • 4
      Tekan tombol di ujung roller untuk membebaskan kertas untuk penyesuaian kecil.
    • 5
      Sesuaikan kertas dan tekan tombol lagi untuk mengencangkan roller.
    • 6
      Mengatur spasi baris dengan tuas kunci di atas mesin tik atau belakang roller.
    • 7
      Tempatkan tangan Anda pada tombol, dengan jari telunjuk Anda pada tombol F dan J dan jari ke-lingking Anda pada tombol A dan titik koma.
    • 8
      Ketik tepat dan sengaja sampai Anda mendengar bel marjin (jika ada).
    • 9
      Dorong tuas carriage return dari kiri ke kanan, atau tekan Enter pada mesin tik listrik, dan mulai mengetik lagi.
    • 10
      Lanjutkan sampai Anda mencapai bagian bawah kertas.
    • 11
      Jika Anda membuat kesalahan, gunakan cairan koreksi atau menghapusnya (jika Anda menggunakan kertas dihapus) dan jenis atas kesalahan.
    • 12
      Ulangi dengan selembar kertas baru.
Sponsored Links

Jumat, 19 Oktober 2012

Curahan Hati Teruntuk Kekasih Haram ku


kasih..
entah dengan apa ku harus menggambarkan segala rasaku padamu
tak cukup dengan untaian kata, dan barisan kalimat indah

Astaghfirulloh..
aku kembali tersadar dari lamunan
tak mampu tergambar dengan pewarna apapun, semuanya terlalu indah
tak kan ada kanvas yang mampu membingkai semua warna tentangmu..

maaf,
mungkin tak akan ada lagi sms dariku yang rutin masuk ke hapemu tuk menanyakan sudah shalat atau belum
aku tak ingin engkau memiliki sedikit rasa ria sedikitpun di hatimu ketika kan beribadah

ya Rabbi, halalkan semua rindu kami jika prnah melebihi rinduku padaMu
halalkan cinta kami jika pernah melebihi cinta yang seharusnya kami tujukan padaMu

kekasihku..
rangkaian kata terakhir di surat ini semoga bisa menjadi pengingat
sekaligus tanda akhir dari hubungan haram kita, Insya Allah

ya Allah..
Engkau cahaya di atas cahaya, dalam kerinduan mendalam,
dalam tatih meniti pintu cahayaMu

izinkan aku menggelar sajadah bersamanya
beralas cinta berujung surga
kelak..

Di pagi hari, hangatnya sinar mentari tetap tak mampu menyinari hati yang sedang dirundung rindu. Perjumpaan dengan kekasih menjadi satu hal yang dinanti. Benda pertama yang langsung disambar pastilah HP sekadar mengucap ‘hai’ atau ‘selamat pagi’. Meski tak terucap, bilur kerinduan itu terpancar jelas dari sikap. Bila sudah begini, masa iya liburan akan ditambah lagi?

Ketika tiba saatnya suami menjemput istri, maka rona rindu dan bahagia itu akan mewarnai pertemuan kedua insan. Pun bila sudah ada anak di antara mereka, semburat rindu itu tak kan mampu disembunyikan. Anak pun biasanya jadi alasan, ehem.

….Ketika tiba saatnya suami menjemput istri, maka rona rindu dan bahagia itu akan mewarnai pertemuan kedua insan. Semburat rindu itu tak kan mampu disembunyikan….

Assalamu’alaikum
~
Jangan memuji kecantikan pelangi
Tapi pujilah Allah
Yang menciptakan Langit & Bumi

Jangan percaya
Denga kata-kata bijakku
Tapi percayalah Firman Allah yang Maha Benar

Jangan masukkan namaku di hatimu
Tapi masukkan nama Allah
Hingga hatimu tenang

Jangan sedih jika cintamu di dustakan
Tapi sedihlah jika engkau dustakan Allah
Jangan pula engkau minta cinta kepada penyair
Tapi mintalah kepada Allah
yg memiliki cinta yg kekal dan sejati

Ya Allah yang Maha Rahman & Rahim
Jangan jadikan hatiku batu yg mengeras
Hingga lupa akan rahmatMu

Dimanakah ku harus berlabuh…
Saat semua dermaga menutup pintu,
Dan berkata “ ini bukan untukmu…”
“Segara menjauh karna disini bukan tempatmu….!!!”
Ya Allah…
Katakan padaku, dermaga untukku berlabuh…???
Agar ku segera menghela nafas kehidupan yang baru.
Sampai kapan ku harus arungi waktu,..
Ku lelah Menunggu suatu yang tak pasti walau hanya Satu,..
Ya Allah …
Beri aku penerang jalan-Mu
Agar tak tersesat saat ku melaju,..
Kuatkan awak kapalku,
Saat badai menghalangi jalanku
Ya Allah …
Tetaplah disisiku,
Jangan Engkau menjauh dariku…
Karna ku mati tanpa hadir-Mu

CIRI FISIK RASULULLAH YANG SEMPURNA

Oleh
Ustadz Muhammad Ashim bin Musthofa



RASULULLAH MUHAMMAD SHALLALLAHU ALAIHI WA SALLAM, INSAN PILIHAN.
Di antara rahmat Allah Azza wa Jalla kepada hamba-Nya adalah mengutus para rasul untuk menyerukan dakwah ilallâh. Setiap kali seorang nabi wafat, maka akan diutus nabi berikutnya sampai kemudian kenabian berakhir pada diri Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Allah Azza wa Jalla berfirman:

وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ

Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada sesembahan (yang hak) melainkan Aku, Maka sembahlah aku”[al-Anbiyâ`/21:25]

Allah Azza wa Jalla telah menentukan nabi terakhir dan menjatuhkan pilihan-Nya pada Muhammad bin `Abdillâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau mendapatkan berbagai keistimewaan dari Allah Azza wa Jalla yang tidak dimiliki oleh orang lain, sebagaimana umat Islam juga memiliki keistimewaan yang tidak ada pada agama sebelumnya.

Dalam Shahîh Muslim, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَى كِنَانَةَ مِنْ وَلَدِ إِسْمَعِيلَ وَاصْطَفَى قُرَيْشًا مِنْ كِنَانَةَ وَاصْطَفَى مِنْ قُرَيْشٍ بَنِي هَاشِمٍ وَاصْطَفَانِي مِنْ بَنِي هَاشِمٍ

Dan sesungguhnya Allah memilih Kinânah dari anak keturunan Ismâîl, mememilih suku Quraisy dari bangsa Kinânah, memilih bani Hâsyim dari suku Quraisy, memilih diriku dari bani Hâsyim.[HR Muslim no. 4221]

Melalui hadits yang mulia ini, dapat diketahui bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam merupakan pokok dari seluruh intisari kebaikan melalui tinjauan kemuliaan nasab, sebagaimana pada beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallamjuga terdapat pokok dari intisari-intisari keutamaan dan ketinggian derajat di sisi Allah Azza wa Jalla.[1]

KESEMPURNAAN FISIK RASULULLAH SHALLALLAHU ‘ALAIHI WA SALLAM.
Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menggapai kesempurnaan ragawi dan ruhani. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallamadalah orang yang paling indah penampilan fisiknya dan paling sempurna kepribadiannya. Kesempurnaan dan keistimewaan yang tidak dimiliki oleh insan lainnya.

Anas Radhiyallahu anhu mengatakan:

كَانَ أَجْوَدَ النَّاسِ وَأَجْمَلَ النَّاسِ وَأَشْجَعَ النَّاسِ

Beliau adalah orang yang paling dermawan, paling tampan dan paling pemberani [HR al-Bukhâri dan Muslim]

KESEMPURNAAN AKHLAK RASULULLAH SHALLALLAHU ‘ALAIHI WA SALLAM
Allah Azza wa Jalla telah menyempurnakan akhlak beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallamsemenjak kanak-kanak sebelum masa bi’tsah (pengangkatan sebagai nabi dan rasul). Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallamtidak pernah menyembah berhala, tidak pula meminum khamer dan tidak pernah mengerjakan hal-hal yang buruk. Di tengah kaumnya, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallamterkenal dengan julukan al-amîn (orang yang terpercaya) [2]

Anas Radhiyallahu anhu mengatakan:

كَانَ رَسُوْلُ اللهَ أَحْسَنَ النَّاسِ خُـــلُـــقًا

Rasulullah adalah manusia yang terbaik akhlaknya [HR. Muslim]

Ummul Mukminîn 'Aisyah Radhiyallahu anhuma pernah ditanya mengenai akhlak Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Beliau menjawab:

كَانَ خُلُقُهُ الْقُرْآنَ

Akhlaknya adalah al-Qur`ân [HR al-Bukhâri dan Muslim]

Allah Azza wa Jalla memaparkan budi pekerti beliau yang mulia dan perilaku beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallamyang indah dalam firman-Nya:

ۖ فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ ۖ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ

Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. [Ali Imrân/3:159]

Allah Azza wa Jalla berfirman:

مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ ۚ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ

Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. [al-Fath/48:29]

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam diutus untuk menjadi rahmat bagi sekalian alam. Allah Azza wa Jalla berfirman.

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ

Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam [al-Anbiyâ`/21:107]

Dalam al-Qur`an, Allah Azza wa Jalla telah menjadikan Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai teladan umat dalam firman-Nya:

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan dia banyak menyebut Allah. [al-Ahzâb/33:21]

Ringkasnya, setiap akhlak baik yang sepantasnya dimiliki seseorang, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memilikinya secara sempurna. Dan sebaliknya, setiap perilaku tercela, maka beliau adalah orang yang paling bersih darinya. Menariknya, tidak hanya kawan yang mengakui, musuh pun tak kuasa mengingkari kesempurnaan akhlak beliau.[3]

PENGARUH POSITIF KESEMPURNAAN FISIK DAN BATHIN RASULULLAH SHALLALLAHU ‘ALAIHI WA SALLAM DALAM DAKWAH
Pengetahuan seseorang akan kesempurnaan akhlak dan sifat fisik berpengaruh besar dalam meningkatkan keimanan kaum Mukminin dan menarik kaum kuffar memeluk agama Islam.

Imam Ibnul Qayyim rahimahullah menerangkan beberapa banyak kunci hidayah dan faktor yang menyebabkan orang masuk Islam. Kunci hidayah yang banyak ini menunjukkan keluasan rahmat Allah Azza wa Jalla bagi hamba-Nya, disebabkan adanya perbedaan tingkat daya tangkap akal dan hati mereka. Di antara faktor kunci hidayah tersebut, yaitu menyaksikan kesempurnaan yang melekat pada diri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ; Ibnul Qayim rahimahullah berkata, "…Di antara mereka (kaum kuffar) ada yang memperoleh hidayah (masuk Islam, red) dengan melihat kondisi dan sifat bawaan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallamberupa kesempurnaan akhlak, fisik dan perbuatan…"[4]

Syaikh as-Sa’di rahimahullah mengatakan, “Termasuk faktor yang bisa meningkatkan dan mendatangkan keimanan ialah mengenal Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan budi pekertinya yang luhur serta sifat-sifat fisiknya yang sempurna. Orang yang benar-benar mengenal beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia tidak merasa ragu terhadap kejujuran beliau dan kebenaran risâlah yang beliau bawa yaitu al-Qur`ân dan Sunnah, serta agama yang benar, sesuai firman Allah Azza wa Jalla :

أَمْ لَمْ يَعْرِفُوا رَسُولَهُمْ فَهُمْ لَهُ مُنْكِرُونَ

Ataukah mereka tidak mengenal rasul mereka, karena itu mereka memungkirinya? [al-Mukminûn/23:69]

Maksudnya, dengan mengenal beliau, akan melahirkan semangat untuk segera mengimaninya (bagi orang yang belum beriman) dan meningkatkan keimanan (bagi orang yang telah beriman kepada beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam).

Allah Azza wa Jalla sudah bersumpah dengan kesempurnaan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan keagungan akhlaknya bahwa beliau adalah insan yang paling sempurna, sebagaimana firman-Nya.

ن ۚ وَالْقَلَمِ وَمَا يَسْطُرُونَ مَا أَنْتَ بِنِعْمَةِ رَبِّكَ بِمَجْنُونٍ وَإِنَّ لَكَ لَأَجْرًا غَيْرَ مَمْنُونٍوَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ

Nun, demi kalam dan apa yang mereka tulis, berkat nikmat Rabbmu kamu (Muhammad) sekali-kali bukan orang gila. Dan sesungguhnya bagi kamu benar-benar pahala yang besar yang tidak putus-putusnya. Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. [al-Qalam/68:1-4]

Syaikh as-Sa’di rahimahullah melanjutkan, bahwa orang yang munshif, yang tidak mempunyai keinginan kecuali mengikuti kebenaran, hanya dengan melihat beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallamdan mendengarkan tutur kata beliau, akan segera beriman kepada beliau dan tidak sangsi terhadap risâlahnya. Banyak orang yang hanya sekedar menyaksikan wajah beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadi yakin bahwa itu bukan wajah seorang pendusta.[5]

‘Abdullâh bin Salâm (yang waktu itu masih beragama Yahudi) bersaksi : “Tatkala Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam datang ke Madinah, aku termasuk orang yang keluar untuk melihatnya. Ketika aku telah memandang wajahnya dengan jelas, aku tahu wajah itu bukan wajah seorang pendusta…"[HR. Ahmad]

Selain manfaat di atas, pengenalan ini juga bermanfaat pada peningkatan kecintaan seorang Muslim kepada Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam.[6]

CIRI FISIK RASULULLAH SHALLALLAHU ALAIHI WA SALLAM
Penjelasan perihal fisik Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menjadi perhatian para Ulama. Di antara mereka, menyelipkan pembahasan ini di kitab-kitab hadits. Sebagian lain memaparkannya dalam kitab tersendiri.

Imam at-Tirmidzi rahimahullah termasuk Ulama yang menulis pembahasan ini dalam sebuah kitab tersendiri yang berjudul asy-Syamâil al-Muhammadiyyah yang termasuk kitab pertama dalam masalah ini. Di dalamnya, penulis menjelaskan sifat-sifat fisik dan akhlak-akhlak luhur Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam serta pembahasan-pembahasan lain tentang beliau. Selanjutnya Syaikh al-Albâni rahimahullah (ahli hadits abad ini), meringkas kitab tersebut. Hadits-hadits berikut ini seluruhnya shahîh dan dapat dijadikan hujjah, dikutipkan dari kitab Mukhtashar asy-Syamâil al-Muhammadiyyah karya Syaikh al-Albâni rahimahullah, maktabah al-Ma`ârif Riyâdh, cetakan III tahun 1422H.

Dari Anas bin Malik Radhiyallahu anhu berkata: "Rasulullah (perawakannya) tidak terlalu tinggi, juga tidak pendek, tidak putih sekali (kulitnya) juga tidak kecoklatan. Beliau rambutnya tidak keriting pekat, juga tidak lurus menjurai. Allah Azza wa Jalla mengutusnya pada usia empat puluh. Beliau tinggal di Mekah selama sepuluh tahun [7] dan di Madinah selama tiga belas tahun. Allah Azza wa Jalla mewafatkannya pada usia enam puluh tahunan [8] , dan uban beliau tidak mencapai dua puluh helai di kepala ataupun jenggot beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam. [al-Mukhtashar hadits no. 1]

Anas Radhiyallahu anhu juga berkata: "Rasulullah memiliki postur sedang, tidak tinggi ataupun pendek, dan fisiknya bagus. Rambut beliau tidak keriting juga tidak lurus. Warna (kulitnya) kecoklatan, jika beliau berjalan, berjalan dengan tegak". [al-Mukhtashar hadits no. 2]

Barâ` bin 'Azib berkata: "Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah lelaki yang berambut ikal, berpostur sedang, bahunya bidang, berambut lebat sampai cuping telinga dan beliau memakai kain merah. Aku belum pernah melihat orang yang lebih tampan dari beliau". [al-Mukhtashar hadits no. 3]

Dalam riwayat lain, Barâ` Radhiyallahu anhu berkata: "Aku belum pernah melihat orang yang mengenakan kain merah yang lebih tampan dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Beliau mempunyai rambut yang menjulur sampai pundaknya. Bahu beliau lebar dan beliau bukan orang yang bertubuh pendek, ataupun terlalu tinggi".

'Ali bin Abi Thâlib bercerita: "Nabi bukanlah orang yang tinggi, juga bukan orang yang pendek. Kedua telapak tangan dan kaki beliau tebal. Kepala beliau besar. Tulang-tulang panjangnya besar. Bulu-bulu dadanya panjang. Jika berjalan, beliau berjalan dengan tegak layaknya orang yang sedang menapaki jalan yang menurun. Aku belum pernah melihat orang seperti beliau sebelum atau setelahnya". [al-Mukhtashar hadits no. 4]

Jâbir bin Samurah Radhiyallahu anhu berkata: "Rasulullah dhalî'ul fami, asykalul 'ain dan manhûsul 'aqib". Syu'bah berkata: Aku bertanya kepada Simak: "Apa maksud dhalî'ul fami?: Ia menjawab: "Mulut beliau besar". Aku bertanya: "Apa maksud asykalul 'ain?" Ia menjawab: "Sudut mata beliau lebar". Aku bertanya: "Apakah maksud manhûsul 'aqib?. Ia menjawab: "Daging pada tumit beliau sedikit." [al-Mukhtashar hadits no. 7]

Jâbir Radhiyallahu anhu juga berkata: "Aku melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam di malam purnama, beliau mengenakan kain merah. Aku mulai memandang beliau dan bulan, ternyata beliau lebih indah dibandingkan bulan". [al-Mukhtashar hadits no. 8]

Abu Ishâq Radhiyallahu anhu berkata: "Ada seorang lelaki bertanya kepada Barâ` bin Azib : "Apakah wajah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam seperti pedang?" Ia menjawab: Tidak, tetapi seperti bulan."" [al-Mukhtashar hadits no. 9]

Abu Hurairah Radhiyallahu anhu berkata: "Rasulullah berkulit putih bagaikan disepuh oleh perak, rambutnya agak bergelombang/ikal". [al-Mukhtashar hadits no. 10]

Abu Ath-Thufail Radhiyallahu anhu berkata: "Aku melihat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Tidak seorang pun yang tersisa di muka bumi ini yang pernah melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam selainku".[9] "Beliau berkulit putih, tampan, (dengan perawakan) sedang". [al-Mukhtashar hadits no. 12]

Anas bin Mâlik Radhiyallahu anhu berkata: "Rambut Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sampai ke tengah atau (dalam riwayat lain: pertengahan/28) kedua telinga beliau". [al-Mukhtashar hadits no. 21]

‘Aisyah Radhiyallahu anhuma berkata: "Aku mandi bersama Rasulullah dari satu bejana. Beliau mempunyai rambut yang sampai pundak dan (juga) hingga cuping telinga". [al-Mukhtashar hadits no. 22]

Semoga Allah Azza wa Jalla memberikan taufik kepada kita sekalian untuk mencintai beliau dengan cara yang syar'i. Wallâhu a'lam

Bahan rujukan:
1. Mukhtashar asy-Syamâil al-Muhammadiyyah Imam at-Tirmidzi, Muhammad Nâshiruddin al-Albâni, Maktabah al-Ma'ârif, Riyâdh, cetakan III tahun 1422H.
2. Asy-Syamâil Muhammadiyyah, Imam at-Tirmidzi tahqîq Muhammad ‘Awwâmah Dârul Minhâj Cet. II Thn 1428H.
3. Min Akhlâqir Rasûl, dari Himpunan makalah Syaikh Abdul Muhsin al-‘Abbâd yang berjudul Kutub wa Rasâil Syaikh Abdul Muhsin bin Hamd al-Abbâd al-Badr, Dâr at-Tauhîd, Cet. I Th. 1428H
4. Haqîqatu Syahâdati Anna Muhammadar Rasûlullah, Syaikh `Abdul 'Azîz bin `Abdullâh bin Muhammad Alu Syaikh, Riâsah Idâratil Buhûts al-'ilmiyyah wal Iftâ`, Riyadh, Cet. I Th. 1423H, hlm. 50
5. Asbâb Ziyâdatil Imân wa Nuqshânihi. Prof. DR. Abdur Razzâq al-Badr, Ghirâs Cet. II Th. 1424H.

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 06-07/Tahun XIII/1430H/2009M. Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo-Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196]
_______
Footnote
[1]. Min Akhlâqir Rasûl, dari Himpunan makalah Syaikh `Abdul Muhsin al-‘Abbâd yang berjudul Kutub wa Rasâil Syaikh Abdul Muhsin bin Hamd al-Abbâd al-Badr, vol. VI, hlm. 17
[2]. Haqîqatu Syahâdati Anna Muhammadar Rasûlullah, hlm. 50
[3]. Min Akhlâqir Rasûl dari Himpunan makalah Syaikh `Abdul Muhsin al-‘Abbâd yang berjudul Kutub wa Rasâil Syaikh `Abdul Muhsin bin Hamd al-Abbâd al-Badr, vol. VI, hlm. 28
[4]. Miftâhu Dâris Sa'âdah hlm. 340. Nukilan dari Asbâb Ziyâdatil Imân wa Nuqshânihi hlm. 34
[5]. At-Taudhîh wal Bayân (hlm. 29-30). Nukilan dari Asbâb Ziyâdatil Imân wa Nuqshânihi, hlm. 34-35 dengan diringkas.
[6]. Lihat Haqîqatu Syahâdati Anna Muhammadar Rasûlullah hlm. 55
[7]. Syaikh al-Albâni berkata: dalam riwayat lain: "Beliau tinggal di Mekah tiga belas tahun". Riwayat ini yang menyatakan sepuluh tahun dimungkinkan perawinya menghapus bilangan pecahannya (tiga tahun).
[8]. Syaikh al-Albâni berkata dalam riwayat lain : (Saat) beliau berusia enam puluh tiga tahun. Riwayat ini lebih masyhûr dan lebih shahîh. Dengan ini, maka riwayat enam puluh tahun diarahkan bahwa perawinya menghapus bilangan pecahannya juga.
[9]. Ia menjelaskan bahwa dirinya adalah Sahabat yang paling terakhir meninggal. Wafat pada tahun 110 H, namanya 'Amir bin Watsilah.

Hukum Permainan Catur




Dari Ibnu Umar, dia pernah ditanya tentang catur, lalu ia menjawab : “Catur itu lebih jahat daripada dadu”. Dari Abu Musa Al-Asy’ary berkata : “Tidak akan bermain catur kecuali orang yang keliru”. Adalagi riwayat dari Aisyah bahwa dia membenci perkara yang melelahkan sekalipun tidak memakai taruhan. Abu Sa’id Al-Khudriy juga membenci permainan itu. Inilah qaul dari para shahabat, dan tidak ada satupun dari mereka yang berselisih pendapat tentangnnya. Selanjutnya Imam Baihaqy meriwayatkan tentang kebencian bermain catur dari Yazid bin Abu Habib dan Muhammad bin Sirin. Ibrahim dan Malik bin Anas, kami mengatakan : “Istilah karohah (dibenci) banyak dipakai ulama Salaf, dan umumnya mempunyai arti haram.

Menjaga Ukhuwah Tanpa Cacian Dan Ghibah




Akan tetapi amat disayangkan, sebagian penuntut ilmu mengajak orang lain untuk bertakwa, namun ia sendiri mengabaikan takwa kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Dia mengajak orang lain untuk bertakwa, selalu mengucapkan kata-kata takwa siang malam, menganjurkan orang supaya bertakwa, dan selalu mengatakan kepada orang lain “bertakwalah dan kerjakanlah amal shalih!”, namun ia sendiri tidak melaksanakan apa yang ia tekankan kepada orang lain. Hal paling penting lainnya dalam hidup, sebagai salah satu konsekuensi takwa, ialah bahwasanya harus ada hubungan persaudaraan yang kuat, khususnya antar para penuntut ilmu. Ukhuwah diniyah (Islamiyah) memiliki pengaruh yang baik dalam kehidupan ini. Setiap kawan (shadîq), setiap muslim akan memiliki pengaruh jelas bagi kawannya dalam hidup. Apabila seorang muslim bersahabat dengan orang baik, maka kebaikan ini akan berpengaruh pada dirinya. Tetapi, jika ia bersahabat dengan orang yang tidak baik, orang yang kegiatannya tidak mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, tidak juga dekat dengan (ajaran) Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, maka hal-hal buruk ini pun akan berpengaruh pada dirinya. Maka, perhatikanlah oleh seseorang, siapa yang akan ia jadikan kawan dekatnya.

Sadarilah Realita Ini



Pernahkah kita berfikir, berapa orang yang meninggal dunia di kota kita selama satu bulan ? Atau selama satu tahun ? Atau bahkan setiap hari di seluruh penjuru bumi ini ? Ketetapan Allâh Subhanhu wa Ta'ala terus berjalan. Ada yang lahir ke dunia dan sebagian lagi meninggal dunia. Suatu saat nanti, pasti kita akan mendapatkan giliran. Ini sebuah realita kehidupan yang tidak bisa dipungkiri. Namun sangat disayangkan, banyak orang lupa atau melupakan kematian. Padahal dahulu Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam banyak membicarakan tentang kematian kepada para sahabat, sementara kondisi hati mereka hidup. Ini sangat berbeda dengan realita sangat ini. Betapa banyak acara yang dibuat, upaya yang dirancang untuk mengalih perhatian dari kematian. Padahal kita sangat membutuhkannya untuk menyadarkan kita dari kelalaian dan melunakkan hati yang sudah mengeras !! Kalau kita mau menjawab dengan jujur, Siapakah yang lebih butuh terhadap pembicaraan tentang kematian, kita ataukah para shahabat Rasûlullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam ? Jawabnya, tentu kita. Oleh karena itu, pembicaraan tentang kematian kami angkat. Pembicaraan tentang sebuah peristiwa yang amat mengerikan. Peristiwa yang memutuskan seluruh kesenangan dan mengubur seluruh angan-angan. Kematian berarti berpisah dengan orang-orang yang dicintai. Kematian memutus kesempatan beramal, dan mengantarkan ke gerbang hisab!

Umat Islam Pasti Berpecah Belah Akan Tetapi Wajib Bersatu



Perpecahan umat Islam ini merupakan takdir kauny (kehendak Allah untuk menciptakannya) bahwa pada akhir zaman umat Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam pasti berpecah-belah, akan tetapi bukan berarti kita boleh berpecah-belah, sebagaimana dalil yang selalu dikumandangkan oleh orang ahli bid’ah dalam rangka menutup aib mereka, mereka berdalil dengan hadits palsu ‘ ikhtilafu umati rahmat’ (perpecahan umat ini adalah rahmat). Ketahuilah perkataan itu bukan hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam akan tetapi hadits palsu. Syaikh Al-Albani berkata : “Para pakar ahli hadits telah mencoba mencari sanad hadits ini akan tetapi tidak menemukannya” . Dalil mereka ini tidak masuk akal, karena mustahil orang yang berselisih dan berpecah-belah hidupnya penuh dengan rahmat. Bukankah pasangan suami-istri bila berselisih terancam jiwanya, bagaimana berselisih dalam hal aqidah dan ibadah merasa rahmat?!

Perpecahan Sebagai Sunnah Kauniyah




Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam menggambarkan fitnah itu seolah-olah terkurung dan tersekap di dalam suatu ruangan. Ruangan ini mempunyai pintu. Sedangkan pintunya jika sampai patah, maka selama-lamanya tidak akan bisa tertutup kembali. Sehingga fitnah akan terlepas dan tidak kembali lagi ke dalam kamar. Pintu yang dimaksud adalah Umar. Bila beliau wafat, berarti pintu itu terbuka, tetapi mungkin akan bisa tertutup kembali. Tetapi jika beliau terbunuh (dalam bahasa hadits “patah”), maka pintu itu tidak tertutup lagi hingga hari kiamat. Ternyata Umar bin Khattab Radhiyallahu 'anhu terbunuh, sebagaimana sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam yang dibawakan oleh Hudzaifah di atas. Fitnah betul-betul melanda kaum Muslimin sepeninggal Abu Bakar dan Umar Radhiyallahu 'anhum. Dan semakin ganas sejalan dengan perjalanan waktu yang kian panjang, laksana gelombang air laut yang dahsyat. Fitnah itu terwujud secara nyata dalam bentuk perpecahan umat. Di mana-mana terjadi perselisihan hebat. Dan ini merupakan sunnah kauniyah (ketetapan taqdir dari Allah) yang tidak dapat terelakkan, sebagaimana dinyatakan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam hadits iftiraqul ummah. Bagaimana jalan keluar dari kenyataan perpecahan yang merupakan sunnah kauniyah ini? Allah tidak menurunkan suatu penyakit (yang merupakan sunnah kauniyah), kecuali pasti menurunkan obatnya yang merupakan sunnah syar’iyah.

Kiat Menghindari Perpecahan



Jadi, ikhtilaf merupakan suratan takdir yang Allah kehendaki, tetapi Allah tidak meridhainya. Jika ada yang bertanya, ’bagaimana mungkin dua perkara dapat bersatu, yakni kehendak Allah dan kebencian-Nya?’ Maka jawabnya ialah, kehendak itu ada dua macam. Yaitu kehendak untuk diri sendiri dan kehendak untuk orang lain. Adapun kehendak untuk diri sendiri, sudah pasti disukai dan disenangi, karena di dalamnya pasti terdapat kebaikan. Sedangkan kehendak untuk orang lain, adakalanya memang ia menghendakinya, namun ia tidak mendapat keuntungan apapun darinya. Hanya sebagai wasilah untuk mendapat sesuatu yang dikehendaki dan diinginkan, meskipun sebenarnya tidak disukai. Sebagai contoh, obat yang pahit sekali tentu sangat tidak disukai. Apabila diketahui, bahwa hanya dengan meminumnya kesembuhan baru dapat diperoleh, maka ia harus meminumnya. Contoh lainnya, seorang yang harus menempuh perjalanan yang berat dan sulit, namun bila diketahui bahwa hanya bisa sampai ke tempat tujuan dengan menempuhnya, maka ia harus menempuhnya. Oleh sebab itu, tidak dibenarkan menutupi perselisihan atau menyembunyikannya, berlindung dibalik perselisihan atau menjadikannya sebagai tameng. Sebab kebenaran pasti akan tampak, meski bagaimanapun usaha untuk mencegahnya. Dan juga, mengenal letak-letak kesalahan merupakan kewajiban setiap muslim. Agar mengtahui kedudukan mereka. Sehingga tidak menghadapi masalah yang sama berulang kali.

Menggalang Solidaritas Dan Ukhuwah Sejati




Menurut Islam, bangunan persaudaraan dan solidaritas hanya bisa ditegakkan di atas aqidah dan manhaj yang shahih; karena persaudaraan dan solidaritas tanpa adanya landasan yang jelas dan kokoh yang mampu menyatukan berbagai kepentingan, ambisi dan keinginan merupakan suatu yang mustahil. Maka memperjelas landasan dan manhaj persaudaraan itu lebih penting daripada persaudaraan itu sendiri, kecuali yang dikehendaki dari persaudaraan tersebut hanya bersatu secara jasad dan kosong dari nilai ketakwaan, keimanan dan moralitas agama. Oleh karena itu, para rasul dan khususnya Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam terlebih dahulu diperintahkan untuk menegakkan agama dan jangan bepecah-belah dalam menerima kebenaran, sebagaimana firman Allah, yang artinya: Dia telah mensyari’atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkanNya kepada Nuh dan apa yang telah kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa. Yaitu, tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah-belah tentanggnya. (QS Asy Syura:13). Dengan melandaskan persaudaraan dan solidaritas di atas aqidah yang shahih, dengan mudah kita bisa menghancurkan dan meluluhkan segala bentuk kebatilan. Sedangkan persaudaraan yang tidak dibangun di atas aqidah shahihah, akan menyebabkan umat Islam hanya menjadi bulan-bulanan umat lain dan mangsa kaum kuffar.

Sikap Seorang Muslim Terhadap Perselisihan

Perselisihan di kalangan umat Islam ini dari satu sisi menyerupai perselisihan antara kaum Mukminin dengan orang-orang kafir, karena perselisihan antara Ahlus Sunnah dengan semua ahli bid’ah adalah perselisihan tadhad (kontradiksi). Ahlus Sunnah di tengah-tengah ahli bid’ah adalah seperti umat Islam di tengah-tengah orang-orang kafir. Meski jumlah mereka sedikit, namun kebenaran selalu berada di pihak Ahlus Sunnah, yaitu orang-orang yang berpegang dengan Sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya. Sedangkan ahli bid’ah tetap dalam penyimpangan mereka. Penyimpangan mereka bervariasi, semakin jauh dari Sunnah, maka kesesatan mereka juga semakin besar. Semakin dekat kepada Sunnah, kesesatan mereka semakin sedikit. Perselisihan di antara umat Islam ini benar-benar terjadi, bahkan telah dijelaskan oleh al-Qur’ân dan as-Sunnah. Karena Allâh Azza wa Jalla telah memberitakan bahwa umat-umat zaman dahulu telah berpecah-belah, sebagaimana firman-Nya : Dan mereka (ahli Kitab) tidak berpecah belah, kecuali setelah datang pada mereka ilmu pengetahuan, karena kedengkian di antara mereka". Sementara Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memberitakan bahwa sebagian umat ini pasti akan mengikuti perilaku umat-umat zaman dahulu, termasuk perbuatan mereka yang berselisih dan berpecah belah.

Asmaaul Husna

 

Ar-Raqib, Yang Maha Mengawasi

 

Syaikh ‘Abdurrahmân as-Sa'di rahimahullah berkata, " Murâqabatullâh (selalu merasakan pengawasan Allâh Azza wa Jalla) adalah termasuk amalan hati yang paling tinggi (keutamaannya dalam Islam), yaitu menghambakan diri (beribadah) kepada Allâh dengan (memahami dan mengamalkan makna yang terkandung dalam) nama-Nya ar-Raqîb (Yang Maha Mengawasi) dan asy-Syahîd (Yang Maha Menyaksikan). Maka ketika seorang hamba mengetahui (meyakini) bahwa semua gerakan (aktifitas)nya yang lahir maupun batin, tidak ada (satu pun) yang luput dari pengetahuan-Nya, dan dia (senantiasa) menghadirkan keyakinan ini dalam semua keadaannya, ini (semua) akan menjadikannya (selalu berusaha) menjaga batin (hati)nya dari (semua) pikiran (buruk) dan angan-angan yang dibenci Allâh Azza wa Jalla , menjaga lahir (anggota badan)nya dari (semua) ucapan dan perbuatan yang dimurkai Allâh Azza wa Jalla , dan akan beribadah (mendekatkan diri kepada Allâh Azza wa Jalla ) dengan al-ihsân. Dengan itu, maka ia akan beribadah kepada Allâh Azza wa Jalla seakan-akan melihat-Nya, kalau tidak bisa melihat-Nya maka ia (yakin) sesungguhnya Allâh melihatnya". Kalau kita merenungkan dengan seksama ayat-ayat al-Qur'ân yang menerangkan luasnya ilmu Allâh Azza wa Jalla dan bahwasanya tidak ada sesuatu pun yang luput dari pengetahuan dan pengawasan-Nya, baik yang tampak di mata manusia maupun tersembunyi.

Al-'Afuw, Maha Pemaaf

 

Renungkan makna yang agung ini dalam hadits qudsi berikut: "Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bahwa Allah Azza wa Jalla berfirman: "Seorang hamba melakukan perbuatan dosa, kemudian dia berdoa: "Ya Allah ampunilah dosaku". Maka Allah Azza wa Jalla berfirman: "Hamba-Ku telah berbuat dosa, sedang dia meyakini bahwa dia mempunyai rabb yang (Maha) Mengampuni dan membalas perbuatan dosa". (Maka Allah Azza wa Jalla pun mengampuni dosanya), kemudian hamba itu berbuat dosa lagi lalu berdoa: "Ya rabbku ampunilah dosaku". Maka Allah Azza wa Jalla berfirman: "Hamba-Ku telah berbuat dosa, sedang dia meyakini bahwa dia mempunyai rabb yang (Maha) Mengampuni dan membalas perbuatan dosa". (Maka Allah Azza wa Jalla pun mengampuni dosanya), kemudian hamba itu berbuat dosa lagi lalu berdoa: "Ya Tuhanku ampunilah dosaku". Maka Allah Azza wa Jalla berfirman: "Hamba-Ku telah berbuat dosa, sedang dia meyakini bahwa dia mempunyai rabb yang (Maha) Mengampuni dan membalas perbuatan dosa, berbuatlah sesukamu wahai hamba-Ku, maka sungguh Aku telah mengampunimu" . Yaitu: "selama kamu terus bertobat, memohon dan kembali kepada-Ku".

Al-Ghaniy, Maha Kaya

 

Al-Ghaniy merupakan salah satu nama Allah Azza wa Jalla yang sangat indah. Keindahannya terletak pada nama dan makna-Nya. Nama ini, sebagaimana nama-nama Allah Azza wa Jalla lainnya, juga menunjukkan sifat kesempurnaan bagi Allah Azza wa Jalla , yaitu Kesempurnaan yang tidak mengandung unsur kelemahan sedikitpun ditinjau dari semua sudutnya. Para ulama yang menghimpun nama-nama Allah Azza wa Jalla , mencantumkan nama ini di dalam kitab mereka. Imam al-Baihaqi (wafat th.458 H) memasukkannya ke dalam bab nama-nama Allah Azza wa Jalla yang penekanannya meniadakan penyerupaan antara Allah Azza wa Jalla dengan makhluk-Nya. Sebagai dalil bahwa al-Ghaniy merupakan nama Allah Azza wa Jalla . beliau membawakan firman Allah Azza wa Jalla : "Dan Allah-lah yang Maha Kaya sedangkan kamulah orang-orang yang membutuhkan(Nya)". Selanjutnya, beliau rahimahullah membawakan perkataan al-Hulaimi tentang makna nama al-Ghaniy, yaitu: Bahwa Allah Azza wa Jalla Maha sempurna dengan apa yang Dia miliki dan apa yang ada disisi-Nya, Sehingga Dia tidak butuh kepada selain-Nya. Sifat tidak membutuhkan inilah yang menjadi sifat Allah Azza wa Jalla , dan sifat membutuhkan adalah sifat kekurangan. Seseorang yang membutuhkan adalah seseorang yang memerlukan apa yang dibutuhkannya hingga dapat ia capai dan ia raih.

Syarah Nama Allah, Asy-Syakûr

 

Begitu pula pujian Allah kepada para nabi dan rasul, mereka adalah orang-orang yang telah diberi petunjuk dan dipilih Allah. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah kepada mereka, maka mereka tersungkur bersujud dan menangis. Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan dalam firman-Nya, yang artinya: Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka) kisah Ismail (yang tersebut) di dalam Al-Qur`an. Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar janjinya, dan dia adalah seorang rasul dan nabi. Dan ia menyuruh ahlinya untuk (menegakkan) shalat dan menunaikan zakat, dan ia adalah seorang yang diridhai di sisi Rabbnya. Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka, kisah) Idris (yang tersebut) di dalam Al-Qur`an. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan dan seorang nabi. Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi. Mereka itu adalah orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, yaitu para nabi dari keturunan Adam, dan dari orang-orang yang Kami angkat bersama Nuh, dan dari keturunan Ibrahim dan Israil, dan dari orang-orang yang telah Kami beri petunjuk dan telah Kami pilih. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah Yang Maha Pemurah kepada mereka, maka mereka tersungkur bersujud dan menangis". Demikian pula pujian Allah terhadap para sahabat, bahwa mereka bersikap keras tarhadap musuh-musuh Allah, tetapi berkasih sayang terhadap sesama muslim. Mereka orang-orang yang banyak ruku' dan sujud dalam mencari dan keridhaan Allah, sehingga memberi bekas pada wajah mereka.

Al-Qâbidh Dan Al-Bâsith Dua Di Antara Nama Allah Yang Indah



Karena al-Qâbidh dan al-Bâsith merupakan nama Allah Azza wa Jalla , maka sepantasnya setiap muslim mengenalnya dan memahami serta menghayati ma’nanya. Yaitu bahwa setiap rizki dan setiap kemudahan dalam hal apa saja, hanya datang dari Allah Azza wa Jalla. Dan hanya milik Allah Asma-ul Husna (nama-nama yang sangat indah), maka berdoalah kepada-Nya dengan menyebut Asma-ul Husna itu. Berarti ia telah berdoa, dalam arti seluas-luasnya kepada Allah, meliputi doa permohonan dan doa peribadatan lain, dengan menyebut atau mengingat nama-nama Allah sesuai dengan tuntutan ma’nanya. Wallahu A’lam. Yang tidak kalah pentingnya, tidak mendendangkan Asmâ’ul Husnâ dalam lagu-lagu dan main-main, apalagi dalam suasana ikhtilâth (campur) antara laki-laki dan perempuan. Tetapi dengan sungguh-sungguh, khusyu’ dan tawadhu’. Dan tidak harus pula menyebutkan Asmâ’ul husnâ itu secara keseluruhan sebanyak sembilan puluh sembilan nama secara berurutan. Sebab tidak ada nash yang shahih yang menyebutkan sembilan puluh sembilan nama itu secara berurut. Syaikh Muhammad bin Shâlih al-Utsaimin rahimahullah mengatakan: “Tidak benar adanya penentuan urut-urutan nama-nama Allah ini dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. Hadits yang diriwayatkan dari Nabi n tentang penentuan urut-urutan ini lemah”.

Syarah Nama Allah Al-Fattâh



Tentang nama-nama Allah Subhanahu wa Ta’ala , ada beberapa hal yang harus kita pahami sebagaimana terdapat pada ayat di atas. Pertama : Meyakini bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala memiliki nama-nama yang sangat mulia lagi indah. Barang siapa yang tidak meyakini nama-nama Allah Subhanahu wa Ta’ala , maka orang tersebut tidak beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala secara utuh dan benar. Bila kita perhatikan, begitu banyak ayat Al-Qur`ân yang ditutup dengan nama-nama Allah Subhanahu wa Ta’ala . Dan makna nama-nama Allah Subhanahu wa Ta’ala tersebut sangat erat hubungannya dengan konteks ayat itu sendiri. Kedua : Nama-nama Allah Subhanahu wa Ta’ala tersebut menggandung makna yang sangat sempurna yang disebut sifat. Orang yang tidak meyakini tentang sifat yang terkandumg dalam nama-nama Allah berarti ia telah melakukan penyimpangan dalam beriman kepada Allah. Ketiga : Berdoa dan beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan nama-nama mulia itu. Untuk mencapai kesempurnaan dalam beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala , ialah dengan memahami makna nama-mana Allah tersebut. Sehingga menghadirkan rasa khusyu' dalam beribadah, karena saat beribadah seolah-olah kita melihat Allah Subhanahu wa Ta’ala atau kita merasa sedang dilihat oleh-Nya.

Ar-Raqib, Yang Maha Mengawasi

 

Syaikh ‘Abdurrahmân as-Sa'di rahimahullah berkata, " Murâqabatullâh (selalu merasakan pengawasan Allâh Azza wa Jalla) adalah termasuk amalan hati yang paling tinggi (keutamaannya dalam Islam), yaitu menghambakan diri (beribadah) kepada Allâh dengan (memahami dan mengamalkan makna yang terkandung dalam) nama-Nya ar-Raqîb (Yang Maha Mengawasi) dan asy-Syahîd (Yang Maha Menyaksikan). Maka ketika seorang hamba mengetahui (meyakini) bahwa semua gerakan (aktifitas)nya yang lahir maupun batin, tidak ada (satu pun) yang luput dari pengetahuan-Nya, dan dia (senantiasa) menghadirkan keyakinan ini dalam semua keadaannya, ini (semua) akan menjadikannya (selalu berusaha) menjaga batin (hati)nya dari (semua) pikiran (buruk) dan angan-angan yang dibenci Allâh Azza wa Jalla , menjaga lahir (anggota badan)nya dari (semua) ucapan dan perbuatan yang dimurkai Allâh Azza wa Jalla , dan akan beribadah (mendekatkan diri kepada Allâh Azza wa Jalla ) dengan al-ihsân. Dengan itu, maka ia akan beribadah kepada Allâh Azza wa Jalla seakan-akan melihat-Nya, kalau tidak bisa melihat-Nya maka ia (yakin) sesungguhnya Allâh melihatnya". Kalau kita merenungkan dengan seksama ayat-ayat al-Qur'ân yang menerangkan luasnya ilmu Allâh Azza wa Jalla dan bahwasanya tidak ada sesuatu pun yang luput dari pengetahuan dan pengawasan-Nya, baik yang tampak di mata manusia maupun tersembunyi.

Al-'Afuw, Maha Pemaaf

 

Renungkan makna yang agung ini dalam hadits qudsi berikut: "Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bahwa Allah Azza wa Jalla berfirman: "Seorang hamba melakukan perbuatan dosa, kemudian dia berdoa: "Ya Allah ampunilah dosaku". Maka Allah Azza wa Jalla berfirman: "Hamba-Ku telah berbuat dosa, sedang dia meyakini bahwa dia mempunyai rabb yang (Maha) Mengampuni dan membalas perbuatan dosa". (Maka Allah Azza wa Jalla pun mengampuni dosanya), kemudian hamba itu berbuat dosa lagi lalu berdoa: "Ya rabbku ampunilah dosaku". Maka Allah Azza wa Jalla berfirman: "Hamba-Ku telah berbuat dosa, sedang dia meyakini bahwa dia mempunyai rabb yang (Maha) Mengampuni dan membalas perbuatan dosa". (Maka Allah Azza wa Jalla pun mengampuni dosanya), kemudian hamba itu berbuat dosa lagi lalu berdoa: "Ya Tuhanku ampunilah dosaku". Maka Allah Azza wa Jalla berfirman: "Hamba-Ku telah berbuat dosa, sedang dia meyakini bahwa dia mempunyai rabb yang (Maha) Mengampuni dan membalas perbuatan dosa, berbuatlah sesukamu wahai hamba-Ku, maka sungguh Aku telah mengampunimu" . Yaitu: "selama kamu terus bertobat, memohon dan kembali kepada-Ku".

Al-Ghaniy, Maha Kaya

 

Al-Ghaniy merupakan salah satu nama Allah Azza wa Jalla yang sangat indah. Keindahannya terletak pada nama dan makna-Nya. Nama ini, sebagaimana nama-nama Allah Azza wa Jalla lainnya, juga menunjukkan sifat kesempurnaan bagi Allah Azza wa Jalla , yaitu Kesempurnaan yang tidak mengandung unsur kelemahan sedikitpun ditinjau dari semua sudutnya. Para ulama yang menghimpun nama-nama Allah Azza wa Jalla , mencantumkan nama ini di dalam kitab mereka. Imam al-Baihaqi (wafat th.458 H) memasukkannya ke dalam bab nama-nama Allah Azza wa Jalla yang penekanannya meniadakan penyerupaan antara Allah Azza wa Jalla dengan makhluk-Nya. Sebagai dalil bahwa al-Ghaniy merupakan nama Allah Azza wa Jalla . beliau membawakan firman Allah Azza wa Jalla : "Dan Allah-lah yang Maha Kaya sedangkan kamulah orang-orang yang membutuhkan(Nya)". Selanjutnya, beliau rahimahullah membawakan perkataan al-Hulaimi tentang makna nama al-Ghaniy, yaitu: Bahwa Allah Azza wa Jalla Maha sempurna dengan apa yang Dia miliki dan apa yang ada disisi-Nya, Sehingga Dia tidak butuh kepada selain-Nya. Sifat tidak membutuhkan inilah yang menjadi sifat Allah Azza wa Jalla , dan sifat membutuhkan adalah sifat kekurangan. Seseorang yang membutuhkan adalah seseorang yang memerlukan apa yang dibutuhkannya hingga dapat ia capai dan ia raih.

Syarah Nama Allah, Asy-Syakûr

 

Begitu pula pujian Allah kepada para nabi dan rasul, mereka adalah orang-orang yang telah diberi petunjuk dan dipilih Allah. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah kepada mereka, maka mereka tersungkur bersujud dan menangis. Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan dalam firman-Nya, yang artinya: Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka) kisah Ismail (yang tersebut) di dalam Al-Qur`an. Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar janjinya, dan dia adalah seorang rasul dan nabi. Dan ia menyuruh ahlinya untuk (menegakkan) shalat dan menunaikan zakat, dan ia adalah seorang yang diridhai di sisi Rabbnya. Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka, kisah) Idris (yang tersebut) di dalam Al-Qur`an. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan dan seorang nabi. Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi. Mereka itu adalah orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, yaitu para nabi dari keturunan Adam, dan dari orang-orang yang Kami angkat bersama Nuh, dan dari keturunan Ibrahim dan Israil, dan dari orang-orang yang telah Kami beri petunjuk dan telah Kami pilih. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah Yang Maha Pemurah kepada mereka, maka mereka tersungkur bersujud dan menangis". Demikian pula pujian Allah terhadap para sahabat, bahwa mereka bersikap keras tarhadap musuh-musuh Allah, tetapi berkasih sayang terhadap sesama muslim. Mereka orang-orang yang banyak ruku' dan sujud dalam mencari dan keridhaan Allah, sehingga memberi bekas pada wajah mereka.

Al-Qâbidh Dan Al-Bâsith Dua Di Antara Nama Allah Yang Indah

 
 Karena al-Qâbidh dan al-Bâsith merupakan nama Allah Azza wa Jalla , maka sepantasnya setiap muslim mengenalnya dan memahami serta menghayati ma’nanya. Yaitu bahwa setiap rizki dan setiap kemudahan dalam hal apa saja, hanya datang dari Allah Azza wa Jalla. Dan hanya milik Allah Asma-ul Husna (nama-nama yang sangat indah), maka berdoalah kepada-Nya dengan menyebut Asma-ul Husna itu. Berarti ia telah berdoa, dalam arti seluas-luasnya kepada Allah, meliputi doa permohonan dan doa peribadatan lain, dengan menyebut atau mengingat nama-nama Allah sesuai dengan tuntutan ma’nanya. Wallahu A’lam. Yang tidak kalah pentingnya, tidak mendendangkan Asmâ’ul Husnâ dalam lagu-lagu dan main-main, apalagi dalam suasana ikhtilâth (campur) antara laki-laki dan perempuan. Tetapi dengan sungguh-sungguh, khusyu’ dan tawadhu’. Dan tidak harus pula menyebutkan Asmâ’ul husnâ itu secara keseluruhan sebanyak sembilan puluh sembilan nama secara berurutan. Sebab tidak ada nash yang shahih yang menyebutkan sembilan puluh sembilan nama itu secara berurut. Syaikh Muhammad bin Shâlih al-Utsaimin rahimahullah mengatakan: “Tidak benar adanya penentuan urut-urutan nama-nama Allah ini dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. Hadits yang diriwayatkan dari Nabi n tentang penentuan urut-urutan ini lemah”.


Syarah Nama Allah Al-Fattâh

 

Tentang nama-nama Allah Subhanahu wa Ta’ala , ada beberapa hal yang harus kita pahami sebagaimana terdapat pada ayat di atas. Pertama : Meyakini bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala memiliki nama-nama yang sangat mulia lagi indah. Barang siapa yang tidak meyakini nama-nama Allah Subhanahu wa Ta’ala , maka orang tersebut tidak beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala secara utuh dan benar. Bila kita perhatikan, begitu banyak ayat Al-Qur`ân yang ditutup dengan nama-nama Allah Subhanahu wa Ta’ala . Dan makna nama-nama Allah Subhanahu wa Ta’ala tersebut sangat erat hubungannya dengan konteks ayat itu sendiri. Kedua : Nama-nama Allah Subhanahu wa Ta’ala tersebut menggandung makna yang sangat sempurna yang disebut sifat. Orang yang tidak meyakini tentang sifat yang terkandumg dalam nama-nama Allah berarti ia telah melakukan penyimpangan dalam beriman kepada Allah. Ketiga : Berdoa dan beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan nama-nama mulia itu. Untuk mencapai kesempurnaan dalam beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala , ialah dengan memahami makna nama-mana Allah tersebut. Sehingga menghadirkan rasa khusyu' dalam beribadah, karena saat beribadah seolah-olah kita melihat Allah Subhanahu wa Ta’ala atau kita merasa sedang dilihat oleh-Nya.

Ar-Raqib, Yang Maha Mengawasi

 

Syaikh ‘Abdurrahmân as-Sa'di rahimahullah berkata, " Murâqabatullâh (selalu merasakan pengawasan Allâh Azza wa Jalla) adalah termasuk amalan hati yang paling tinggi (keutamaannya dalam Islam), yaitu menghambakan diri (beribadah) kepada Allâh dengan (memahami dan mengamalkan makna yang terkandung dalam) nama-Nya ar-Raqîb (Yang Maha Mengawasi) dan asy-Syahîd (Yang Maha Menyaksikan). Maka ketika seorang hamba mengetahui (meyakini) bahwa semua gerakan (aktifitas)nya yang lahir maupun batin, tidak ada (satu pun) yang luput dari pengetahuan-Nya, dan dia (senantiasa) menghadirkan keyakinan ini dalam semua keadaannya, ini (semua) akan menjadikannya (selalu berusaha) menjaga batin (hati)nya dari (semua) pikiran (buruk) dan angan-angan yang dibenci Allâh Azza wa Jalla , menjaga lahir (anggota badan)nya dari (semua) ucapan dan perbuatan yang dimurkai Allâh Azza wa Jalla , dan akan beribadah (mendekatkan diri kepada Allâh Azza wa Jalla ) dengan al-ihsân. Dengan itu, maka ia akan beribadah kepada Allâh Azza wa Jalla seakan-akan melihat-Nya, kalau tidak bisa melihat-Nya maka ia (yakin) sesungguhnya Allâh melihatnya". Kalau kita merenungkan dengan seksama ayat-ayat al-Qur'ân yang menerangkan luasnya ilmu Allâh Azza wa Jalla dan bahwasanya tidak ada sesuatu pun yang luput dari pengetahuan dan pengawasan-Nya, baik yang tampak di mata manusia maupun tersembunyi.

Al-'Afuw, Maha Pemaaf

 

Renungkan makna yang agung ini dalam hadits qudsi berikut: "Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bahwa Allah Azza wa Jalla berfirman: "Seorang hamba melakukan perbuatan dosa, kemudian dia berdoa: "Ya Allah ampunilah dosaku". Maka Allah Azza wa Jalla berfirman: "Hamba-Ku telah berbuat dosa, sedang dia meyakini bahwa dia mempunyai rabb yang (Maha) Mengampuni dan membalas perbuatan dosa". (Maka Allah Azza wa Jalla pun mengampuni dosanya), kemudian hamba itu berbuat dosa lagi lalu berdoa: "Ya rabbku ampunilah dosaku". Maka Allah Azza wa Jalla berfirman: "Hamba-Ku telah berbuat dosa, sedang dia meyakini bahwa dia mempunyai rabb yang (Maha) Mengampuni dan membalas perbuatan dosa". (Maka Allah Azza wa Jalla pun mengampuni dosanya), kemudian hamba itu berbuat dosa lagi lalu berdoa: "Ya Tuhanku ampunilah dosaku". Maka Allah Azza wa Jalla berfirman: "Hamba-Ku telah berbuat dosa, sedang dia meyakini bahwa dia mempunyai rabb yang (Maha) Mengampuni dan membalas perbuatan dosa, berbuatlah sesukamu wahai hamba-Ku, maka sungguh Aku telah mengampunimu" . Yaitu: "selama kamu terus bertobat, memohon dan kembali kepada-Ku".

Al-Ghaniy, Maha Kaya

 

Al-Ghaniy merupakan salah satu nama Allah Azza wa Jalla yang sangat indah. Keindahannya terletak pada nama dan makna-Nya. Nama ini, sebagaimana nama-nama Allah Azza wa Jalla lainnya, juga menunjukkan sifat kesempurnaan bagi Allah Azza wa Jalla , yaitu Kesempurnaan yang tidak mengandung unsur kelemahan sedikitpun ditinjau dari semua sudutnya. Para ulama yang menghimpun nama-nama Allah Azza wa Jalla , mencantumkan nama ini di dalam kitab mereka. Imam al-Baihaqi (wafat th.458 H) memasukkannya ke dalam bab nama-nama Allah Azza wa Jalla yang penekanannya meniadakan penyerupaan antara Allah Azza wa Jalla dengan makhluk-Nya. Sebagai dalil bahwa al-Ghaniy merupakan nama Allah Azza wa Jalla . beliau membawakan firman Allah Azza wa Jalla : "Dan Allah-lah yang Maha Kaya sedangkan kamulah orang-orang yang membutuhkan(Nya)". Selanjutnya, beliau rahimahullah membawakan perkataan al-Hulaimi tentang makna nama al-Ghaniy, yaitu: Bahwa Allah Azza wa Jalla Maha sempurna dengan apa yang Dia miliki dan apa yang ada disisi-Nya, Sehingga Dia tidak butuh kepada selain-Nya. Sifat tidak membutuhkan inilah yang menjadi sifat Allah Azza wa Jalla , dan sifat membutuhkan adalah sifat kekurangan. Seseorang yang membutuhkan adalah seseorang yang memerlukan apa yang dibutuhkannya hingga dapat ia capai dan ia raih.

Syarah Nama Allah, Asy-Syakûr

 

Begitu pula pujian Allah kepada para nabi dan rasul, mereka adalah orang-orang yang telah diberi petunjuk dan dipilih Allah. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah kepada mereka, maka mereka tersungkur bersujud dan menangis. Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan dalam firman-Nya, yang artinya: Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka) kisah Ismail (yang tersebut) di dalam Al-Qur`an. Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar janjinya, dan dia adalah seorang rasul dan nabi. Dan ia menyuruh ahlinya untuk (menegakkan) shalat dan menunaikan zakat, dan ia adalah seorang yang diridhai di sisi Rabbnya. Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka, kisah) Idris (yang tersebut) di dalam Al-Qur`an. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan dan seorang nabi. Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi. Mereka itu adalah orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, yaitu para nabi dari keturunan Adam, dan dari orang-orang yang Kami angkat bersama Nuh, dan dari keturunan Ibrahim dan Israil, dan dari orang-orang yang telah Kami beri petunjuk dan telah Kami pilih. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah Yang Maha Pemurah kepada mereka, maka mereka tersungkur bersujud dan menangis". Demikian pula pujian Allah terhadap para sahabat, bahwa mereka bersikap keras tarhadap musuh-musuh Allah, tetapi berkasih sayang terhadap sesama muslim. Mereka orang-orang yang banyak ruku' dan sujud dalam mencari dan keridhaan Allah, sehingga memberi bekas pada wajah mereka.

Al-Qâbidh Dan Al-Bâsith Dua Di Antara Nama Allah Yang Indah

 

Karena al-Qâbidh dan al-Bâsith merupakan nama Allah Azza wa Jalla , maka sepantasnya setiap muslim mengenalnya dan memahami serta menghayati ma’nanya. Yaitu bahwa setiap rizki dan setiap kemudahan dalam hal apa saja, hanya datang dari Allah Azza wa Jalla. Dan hanya milik Allah Asma-ul Husna (nama-nama yang sangat indah), maka berdoalah kepada-Nya dengan menyebut Asma-ul Husna itu. Berarti ia telah berdoa, dalam arti seluas-luasnya kepada Allah, meliputi doa permohonan dan doa peribadatan lain, dengan menyebut atau mengingat nama-nama Allah sesuai dengan tuntutan ma’nanya. Wallahu A’lam. Yang tidak kalah pentingnya, tidak mendendangkan Asmâ’ul Husnâ dalam lagu-lagu dan main-main, apalagi dalam suasana ikhtilâth (campur) antara laki-laki dan perempuan. Tetapi dengan sungguh-sungguh, khusyu’ dan tawadhu’. Dan tidak harus pula menyebutkan Asmâ’ul husnâ itu secara keseluruhan sebanyak sembilan puluh sembilan nama secara berurutan. Sebab tidak ada nash yang shahih yang menyebutkan sembilan puluh sembilan nama itu secara berurut. Syaikh Muhammad bin Shâlih al-Utsaimin rahimahullah mengatakan: “Tidak benar adanya penentuan urut-urutan nama-nama Allah ini dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. Hadits yang diriwayatkan dari Nabi n tentang penentuan urut-urutan ini lemah”.

Syarah Nama Allah Al-Fattâh

 

Tentang nama-nama Allah Subhanahu wa Ta’ala , ada beberapa hal yang harus kita pahami sebagaimana terdapat pada ayat di atas. Pertama : Meyakini bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala memiliki nama-nama yang sangat mulia lagi indah. Barang siapa yang tidak meyakini nama-nama Allah Subhanahu wa Ta’ala , maka orang tersebut tidak beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala secara utuh dan benar. Bila kita perhatikan, begitu banyak ayat Al-Qur`ân yang ditutup dengan nama-nama Allah Subhanahu wa Ta’ala . Dan makna nama-nama Allah Subhanahu wa Ta’ala tersebut sangat erat hubungannya dengan konteks ayat itu sendiri. Kedua : Nama-nama Allah Subhanahu wa Ta’ala tersebut menggandung makna yang sangat sempurna yang disebut sifat. Orang yang tidak meyakini tentang sifat yang terkandumg dalam nama-nama Allah berarti ia telah melakukan penyimpangan dalam beriman kepada Allah. Ketiga : Berdoa dan beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan nama-nama mulia itu. Untuk mencapai kesempurnaan dalam beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala , ialah dengan memahami makna nama-mana Allah tersebut. Sehingga menghadirkan rasa khusyu' dalam beribadah, karena saat beribadah seolah-olah kita melihat Allah Subhanahu wa Ta’ala atau kita merasa sedang dilihat oleh-Nya.
Like us on Facebook
Follow us on Twitter
Recommend us on Google Plus
Subscribe me on RSS