Rabu, 04 September 2013

*Seuntai kata terungkap dari jiwa**


Seulas senyum memberi pesona. . .
Ku alunkan nada tapi tak bersuara. . .
Hanya lewat blogg ini ku tulis sebuah kata. . .
"Nilailah aku sesuka hatimu"
 
     Aku kembali terbangun ditengah lelapnya peraduan tidurku, hanya perasaan resah dan gelisah yang saat itu terus eksis di pikiranku. Aku melihat kearah jam dinding, waktu menunjukan pukul 03.41 WIB. Dipagi yang sangat buta ini aku masih terbaring lemah di tempat tidurku sambil berbaring menghadap langit-langit rumah.
     Saat itu aku masih belum mampu berkonsentrasi memikirkan sesuatu, apapun itu. Sesekali aku mendengar alunan-alunan nada yang sangat merdu sekali di telingaku, yang mampu membuatku semakin nyaman dan tak mau beranjak. Detik demi detik, menit per-menti terus aku lewati dengan perlahan namun pasti bersama kegelisahan ini.
     Waktu berlalu, dan aku pun t'lah tersadar dari lamunanku yang tak jelas ini. Ternyata suara alunan indah nan merdu itu adalah suara orang yang sedang mengaji dari masjid "Jami' Al-Istiqommah" dekat rumahku. Aku beranjak dari tempat tidurku menuju kamar mandi hanya sekedar untuk mencuci muka saja.
     Aneh, entah mengapa semAkin aku tersadar dan merasa sehat untuk berfikir, perasaanku semakin tak tenang. Aku menjadi begitu sangat gelisah dan merasa  seperti dihasuskan untuk berfikir mengingat sesuatu. Tapi apa?? semalam aku tak melakukan aktivitas apapun, seperti hari-hari biasa jika tak ada kegiatan aku langsung tidur, kecuali hari Jumat.
     Mulai saat itu pikiran dan jiwaku bergulat mencoba menemukan titik terang di antara sesuatu membuatku gelisah di pagi yang buta ini.
     Alhamdulillah... akhirnya setelaah lama aku berfikir Allah mengizinkanku untuk merasakan dan mengingat sesuatu, yaitu "My_dream." Mimpi adalah kehidupan lain setelah kita log out dan off line dari kehidupan nyata, setiap orang juga merasakannya. Aku mulai teringat satu persatu di setiap adegan peristiwa yang terjadi dalam mimpiku.
     Disepanjang alur mimpiku entah apa dan mengapa aku selalu di hadapkan dengan satu ssosok wanita yang selalu ada di mimpiku. Ini bukan yang pertama kalinya wanita itu tampil dalam skenario mimpiku. Nafasku seakan berhenti sejenak saat di sela-sela aku sedang mencoba mengingat-ingat tentang mimpiku, aku tak sengaja melihat fotomu yang masih terpajang pada dinding kamarku.
     "Ya Allah yaa robbi... ternyata dia lagi" gumamku dalam hati. Kini keadaan sudah benar-benar fix, aku sudah berhasil mengingatnya dan aku tahu ini pasti penyebabnya yang membuatku gelisah di tengah-tengah ke heningan jagat raya ini.
Semenjak itu aku langsung berhenti memikirkannya, karena aku tahu ini bukan waktu yang tepat untuk melamu.
     Waktu subuh pun telah tiba, akhirnya... tak terasa waktu begitu cepat berlalu di antara ke gelisahan dengan waktu subuh namun aku masih saja terus melamun.
     Disaat aku selesai berdo'a, aku sempatkan untuk meng-up-load seuntai harapanku kepada Allah SWT "Yaa Allah jika memang masih ada kesalahan yang belum sempat termaafkan di antara kami, tolong hapuslah kesalahan itu. Karena sesungguhnya kami sudah saling memaafkan meskipun hanya lewat sms, atau sesekali bertemu. Mungkin hanya kata maaf-maaf-an sajalah yang kini memenuhi daftar inbox di antara kita." lanjutku "Yaa Allah... sesungguhnya aku sudahlama berhenti berlangganan untuk kehadiran dirinya dalam setiap mimpi-mimpi-ku. Tapi kenapa dia sekarang muncul lagi?? apakah ini suatu bonus atau hadiah untukku karena dulu mungkin akulah pelanggan setianya?"
     Doa-doaku semakin lama semakin meracau, aku sudahisajapermohonanku ini karena aku percaya Allah pasti mengerti dan mendengar doa-ku ini. Aku berharap ini yang terakhir kalinya dia bermain-main di pikiranku. Karena aku takut berlarut-larut selalu memikirkannya setiap hari dan ini yang namanya Zina Hati, Na'udzuubillah...
     Entah sejak kapan aku mulai sadar dan sangat patuh terhadap ajaran Islam. Sejatinya aku hanyalah manusia biasa yuang terlahir dari keluarga biasa dan sangat awam tentang pengetahuan agama, sekolah madrasah pun tak pernah aku ikuti dengan lancar. Tapi aku terus berusaha untuk menjadi pribadi yang bermanfaat dan taat pada ajaran agama.
     Sesampai di rumah aku duduk sejenak sambil terus memperhatikan wajahmu pada selembar kertas berukuran 4X6 yang terpasang rapi tepat di atas kepalaku ketika aku sedang berbaring di tempat tidur. "Ini untuk yang terakhir" kataku dalam hati.
     Ada moment-moment di mana kami saling menatap (Aku & Fotomu). Semakin lama aku memandang wajahmu semakin diriku merasa bernostalgia kepadamu. Mungkin ini akan menjadi sangat kacau bila di biarkan ber hari-hari seperti ini.
     Aku pun merasa tertuntut untuk melepaskan satu persatu perekat pada fotomu yang membuatnya melekat erat pada dinding kamarku semenjak 2 tahun silam itu. "Aku tak sepantasnya masih memasang foto ini di kamarku." kataku dalam hati. Lalu ku lepas fotomu dan ku simpan pada tempat yang aman, dan bahkan aku bisa saja akan terlupa menaruhnya di mana, agar aku lupa dan tidak bisa berhayal dan ber jam-jam berdiam diri lagi di kamar, jadi kau tek perlu khawatir.
     Tapi ini bukan berarti aku ingin melupakanmu, bukan berarti aku membencimu, dan juga bukan berarti aku menutup diri untukmu. Mungkin ini adalah cara terbaik untuk mendewasakanku dari ketergantungan jiwaku terhadapmu agar aku lebih bisa untuk fokus dan berkonsentrasi pada kehidupanku sendiri. Aku yakin kau pun pasti melakukannya mungkin juga dengan cara yang berbeda.

Oleh : Hidayat
Minggu, 1 September 2013
Like us on Facebook
Follow us on Twitter
Recommend us on Google Plus
Subscribe me on RSS